cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL STANDARDISASI
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010" : 8 Documents clear
THE STUDY ON VIBRATIONS WHICH IS CAUSED BY THE ROAD TRAFFIC ACTIVITIES ALONG SEVERAL MAIN STREETS IN JAKARTA Suwandi, Achmad
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The vibrations which is caused by road traffic activities have been monitored along several main streets in Jakarta, i.e Jalan MH. Thamrin, Jalan Merdeka Barat (around Taman Monas) and Hayam Wuruk Street (Gajah Mada Plaza and Glodok). Where in the near future, the Indonesian Government has planed to construct a new large scale project so called Mass Rapid Transport (MRT) along these roads. The purpose of this works was to study the existing vibrations radiated by the road traffic activities impacting to the buildings adjacent to the road. Furthermore, these vibrations data can also be used as supporting data in the realization of MRT project. From observation results showed that the amount of traffic volume along MH. Thamrin Street, Merdeka Barat Street and Hayam Wuruk Street, happened in the afternoon time, i.e. from 14.00 p.m. to 17.00 p.m. Where in this range time the large vehicles such as busses or trucks were frequently passing on these roads, and they generated the maximum vibration levels on the surface of ground with the levels of 0.315 mm/sec up to 0.332 mm/sec, and these maximum vibrations occurred at the frequency of 4 Hz. Refer to BAPEDAL Standard, the limit of buildings vibration at frequency 4 Hz must be less than 2 mm/s. Thus, the measured vibration levels were very low compared to the standard, therefore it would not damage to the structures of buildings adjacent to the road.
KANDUNGAN KATEKIN GAMBIR SENTRA PRODUKSI DI INDONESIA Amos, Amos
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemandirian peralatan utama sistem persenjataan (alutsista) pertahanan dan keamanan (hankam) dalam menghadapi kemungkinan darurat perang akibat diembargo mutlak dilakukan, termasuk dalam bahan pelat munisi buatan dalam negeri untuk munisi kaliber kecil 5,56 mm khususnya tipe kode Pindad MU 5TJ sebagai peluru yang paling banyak digunakan di pasukan TNI, satu paket dengan senjata senapan serbu SS1. Percobaan dilakukan terhadap pelat kuningan munisi kaliber 5,56 mm mengikuti persyaratan standar perusahaan yang mengacu pada standar NATO SS 109. Bahan baku: Kawat tembaga super, Zinc Ingot SHG, Nikel Screen, Posphor copper, dan pelat Alumunium. Peleburan tanpa Al sebanyak 80 kg (4 Slab), dan peleburan + Al sebanyak 160 Kg (7 Slab). Hasil karakterisasi uji coba pembuatan pelat kuningan (Cu-Zn 70-30) – Komposisi kimia slab: kandungan kimia Cu masih dalam rentang standar Perusahaan, demikian pula unsur Pb, Fe, Ni, P, Sb, dan Sn masih berada di bawah ambang batas standar perusahaan. Percobaan lain yang dilakukan adalah uji pengerolan, pengamatan metalografi (mikro-struktur) pelat kuningan, pengujian kekerasan pelat kuningan, dan pengujian anil pelat kuningan yang kesemuanya secara umum telah memenuhi persyaratan standar perusahaan yang mengacu pada standar NATO SS 109. Biaya produksi pelat kuningan per kg= Rp 55,838.000/160 kg= Rp 348,987.5, atau Biaya produksi pelat kuningan per lembar= Rp 55,838.000/11 lembar= Rp 5,076,181.8 yang tentunya akan lebih rendah harga dibanding produk impor, karena tidak termasuk biaya transpor dan asuransi dari luar negeri.
KAJIAN STANDAR SATUAN UKURAN Mustar, A. Rachman
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesepakatan CAFTA antara Cina dan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, telah menempatkan standar menjadi salah satu faktor penting dalam perdagangan antara Cina dan negara-negara ASEAN. Standar pengukuran menjadi penting karena sangat erat kaitannya dengan kegiatan penilaian kesesuaian seperti pengukuran, pengujian dan inspeksi. Di samping itu kesepakatan TBT (Technical Barrier to Trade) juga mendorong negara-negara anggota WTO (World Trade Organization) untuk menggunakan standar internasional sebagai basis dalam penerapan regulasi teknis. Oleh karena itu didalam perumusan suatu standar nasional harus harmonis dengan standar internasional. Untuk mengetahui sejauh mana standar SNI untuk satuan ukuran yang merupakan standar penting dalam kegiatan penilaian kesesuaian,harmonis dengan standar internasional dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi terkait dengan CAFTA, telah dilakukan suatu kajian terhadap 20 SNI satuan ukuran yang terkait dengan pengukuran dan pengujian. Hasil kajian menunjukkan bahwa ke 20 SNI tersebut masih digunakan oleh pemangku kepentingan dan perlu direvisi untuk menghadapi CAFTA karena belum mengikuti cara penulisan yang benar sesuai dengan aturan internasional.
MENENTUKAN KLASIFIKASI MUTU FISIK BERAS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Somantri, Agus Supriatna
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini pemeriksaan kualitas beras telah dilakukan secara manual oleh inspektur yang telah berpengalaman. Dengan cara ini memiliki kelemahan seperti: (1) adanya subjektivitas penilaian mutu antara pengamat yang satu dengan yang lain; (2) adanya kelelahan fisik jika pengamat bekerja terlalu lama, sehingga menyebabkan hasil pengamatan tidak konsisten, dan (3) waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan mutu lebih lama. Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka diperlukan cara untuk menentukan klasifikasi mutu beras dengan cepat, akurat dan mudah untuk dioperasikan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengkelasan mutu fisik beras. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem penunjang keputusan untuk menentukan klasifikasi mutu beras. Bahan baku yang digunakan adalah beras dari varietas Membramo. Citra beras diambil dengan menggunakan kamera digital dan diproses oleh teknologi pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan (JST). Model JST yang dikembangkan adalah 10 parameter input, 20 lapisan tersembunyi dan 4 target. Keempat target tersebut adalah butir utuh, butir kepala, butir patah dan menir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi pelatihan adalah 99%, dan akurasi validasi 93,25%. Penelitian ini dapat dikembangkan untuk varietas padi yang berbeda, sehingga sistem penunjang keputusan dapat diterapkan tidak hanya untuk varietas Membramo, tetapi juga untuk berbagai jenis beras dari varietas yang berbeda. Aplikasi dari penelitian ini berupa perangkat lunak sistem penunjang keputusan yang secara langsung dapat digunakan untuk menguji kelas mutu beras Membramo.
PENERAPAN STANDAR MANAJEMEN ENERGI UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Nurzal, Erry Ricardo; Suminto, Suminto
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu instrumen kebijakan yang dapat diterapkan untuk melakukan penghematan penggunaan energi adalah standar manajemen energi. Standar tersebut memberikan pedoman bagi fasilitas-fasilitas industri untuk memasukkan efisiensi energi ke dalam praktek-praktek manajemen industri dan meningkatkan efisiensi energi sistem industri. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa penerapan standar manajemen energi di industri Indonesia dengan intensitas energi yang tinggi diperkirakan memberikan keuntungan dalam penghematan energi yang pada akhirnya dapat mengurangi emisi CO2Kata Kunci: Standar, manajemen energi, mitigasi, perubahan iklim, dukungan kebijakan . Selain itu, berdasarkan data yang ada juga menunjukkan bahwa standar manajemen energi akan dapat diterapkan oleh industri tersebut dengan lancar. Penerapan standar manajemen energi di industri untuk mitigasi perubahan iklim dapat berhasil, jika dilakukan bersama-sama dengan dukungan kebijakan lainnya. Dukungan kebijakan tersebut adalah membangun kesepakatan penetapan target, membangun kapasitas optimasi sistem, memberikan penghargaan, menerapkan kebijakan fiskal dan moneter dan pendanaan inovatif.
KAJIAN KESIAPAN SNI PRODUK PUPUK SEBAGAI HAMBATAN TEKNIS DALAM PERDAGANGAN (TBT-WTO) Tampubolon, Biatna Dulbert; Widyatmoko, Wahyu; Mustar, A. Rachman
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penerapan standar diperlukan prasarana teknis dan institusional yang meliputi SNI, lembaga akreditasi, lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium uji, personal, serta peraturan perundang-undangan. Contohnya pada industri pupuk yang telah diberlakukan wajib SNI untuk beberapa produk. SNI wajib tersebut, wajib dipenuhi oleh produsen dan importir menyusul diterbitkannya Permenperin No. 19/M-IND/ Per/2/2009 tentang pemberlakuan SNI Pupuk secara wajib. Beranjak dari pemberlakuan SNI untuk produk pupuk secara wajib dapat dijadikan sebagai referensi kualitas produk yang perlu ditingkatkan bagi komoditi industri pupuk lainnya, juga dapat menjadi mekanisme perlindungan sekaligus pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap komoditi industri pupuk tersebut. Namun demikian pemberlakuan SNI secara wajib pupuk inipun haruslah dilakukan pada kondisi yang tepat mengingat adanya sejumlah konsekuensi yang melekat dari keputusan pemberlakuan SNI pupuk secara wajib tersebut. Makalah ini akan membahas upaya pemberlakukan SNI wajib industri pupuk untuk penerapan TBT yang akan menguntungkan berbagai pihak antara lain produsen pupuk yang memiliki tanda SNI, konsumen pengguna pupuk dan perdagangan/pasar pupuk dari serbuan pupuk ilegal/palsu dan pupuk impor yang kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas pertama untuk TBT adalah Pupuk NPK padat, Pupuk Kalium Klorida dan Pupuk urea dengan total skor > 15 yang artinya sangat siap dijadikan sebagai TBT, prioritas kedua adalah Pupuk Tripel Superfosfat (TSP), Pupuk Amonium Sulfat (ZA) dan Pupuk Super Fosfat Tunggal (SP-36) dengan total skor 11 - 15, prioritas terakhir Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian, Pupuk Amonium Klorida, Pupuk Tripel Superfosfat Plus-Zn, Pupuk Dolomit, Pupuk Mono Amonium Fosfat (MAP), Urea Amonium Fosfat (UAP), Pupuk Diamonium Fosfat (DAP), Pupuk SP-36 Plus Zn, Pupuk Cair Sisa Proses Asam Amino (Sipramin) dan Pupuk Borat dengan skor dibawah 11. Dengan mengacu pada hasil studi tersebut maka penerapan wajib SNI industri pupuk dapat diimplementasikan sebagai TBT, dengan melakukan upaya antara lain pembenahan sistem, penguatan kelembagaan, koordinasi yang terpadu dan upaya diplomatis kepada WTO dan anggotanya untuk meyakinkan penggunaan SNI untuk TBT semata-mata melindungi konsumen dan lingkungannya.
ISO 9001 IMPLEMENTATION STUDIES ON SMALL MEDIUM ENTERPRISE: MOTIVES, PROBLEMS, AND BENEFITS Sumaedi, Sik
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The ISO 9001 implementation trend has spread to small and medium enterprise (SME) sector. Given this, the research aims to examine the motives, problems, and the benefits gained by the SME after applying that quality management system standard. The research uses a case study descriptive approach. The research object is a rubber processing SME. Data were gathered through informal interviews and discussions with the research object‘s ISO 9001 consultant and a review of quality documents and records that are owned by the research object. The research result shows that the research object‘s motives in implementing ISO 9001 is an external drive (customer requirement). The problems faced are financial limitations, lack of resources, and lack of human resource skills. Meanwhile the significance benefits gained are the mapped business processes, documented working methods, and fulfilled customer requirement. As a comparison, the findings were compared with similar research on a SME in Canada.
KOMPARASI PENGUKURAN LAJU KERMA UDARA PESAWAT OB-85 MENGGUNAKAN ALAT UKUR RADIASI STANDAR SEKUNDER DAN STANDAR TURUNANNYA Nazaroh, Nazaroh; Fendinugroho, Fendinugroho
JURNAL STANDARDISASI Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12(3) 2010
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengukuran Laju kerma udara pesawat OB-85 telah dilakukan dengan menggunakan alat ukur radiasi standar sekunder dan standar turunannya pada berbagai kondisi pengukuran. Tujuan pengukuran ini adalah untuk memperoleh data pengukuran laju kerma udara dari 3 alat standar yang berbeda dan untuk mengetahui konsistensi dan kinerja alat standar apakah standar turunannya layak /dapat digunakan sebagai stándar baru. Standar sekunder yang digunakan untuk pengukuran kerma udara adalah calibrated ionization chamber 600 cc/NE 2575/#135 yang dirangkai dengan dosimeter Farmer NE 2570/1B#1319 yang tertelusur ke BIPM via IAEA dan alat standar turunannya adalah calibrated ionization chamber 600 cc, NE 2575/135, yang dirangkai dengan elektrometer Keithley 6487/#1123640 dan calibrated ionization chamber RIC DRM 201-1 volume 400 cc yang dirangkai dengan elektrometer Aloka. Adapun faktor kalibrasi kerma udara, Nk untuk ketiga alat standar tersebut adalah (51,3 ± 0,2 )Gy/nC (Farmer), (51,1 ± 0,3)Gy/nC (Keithley) dan (7,68±0,2) Gy/mR (Aloka). Pengukuran kerma udara dilakukan terhadap pesawat OB-85 (137Kata kunci: komparasi, laju kerma udara, standar sekunder. Cs) buatan Buchler GMBH dengan aktivitas 740 GBq (20 Ci) pada tanggal acuan: Mei 1985. Alat ukur radiasi standar tersebut diuji stabilitasnya menggunakan check source, Sr/Y-90 setiap bulan. Hasil regresi laju kerma udara ketiga alat standar tersebut cukup baik dengan koefisien korelasi mendekati 1. Perbedaan hasil pengukuran kerma udara dan regresinya untuk Farmer berkisar antara (0 - 2,2)% untuk kondisi pengukuran tanpa absorber (TA), (-2,1 - 2,2)% untuk absorber (A1), (-5,3 - 2,9 ) % untuk absorber (A2) dan (-19,5 - 9,8)% untuk absorber (A1+A2), sedangkan untuk Keithley berkisar antara (-1,3 - 1,5) % untuk (TA), (-4,4 - 2,8) % untuk (A1), (-3,7 – 1,3)% untuk (A2) dan (-16,8 - 6,3) % untuk (A1+A2), dan untuk Aloka berkisar antara (-2,4 – 3,6)% untuk tanpa absorber (TA), (-0,5 – 0,3)% untuk absorber (A1), (-0, 1- 1,0 )% untuk absorber (A2) dan (-6,6 – 9,2)% untuk absorber (A1+A2). Perbandingan hasil pengukuran kerma udara menggunakan Aloka (A) dan Keithley (K) dengan dosimeter Farmer (F) pada umumnya cukup baik, dengan perbedaan di bawah 5%, namun pada kondisi pengukuran menggunakan Absorber A1+A2, sangat bervariasi.

Page 1 of 1 | Total Record : 8